Bismillah, Aku mantapkan hati untuk mengabdi di sini, sekolah dasar negeri yang berlokasi di sebuah desa yang jika ditempuh membutuhkan waktu tiga puluh, sampai empat puluh menit dari rumah. Sekolah tersebut berdiri sejak tahun seribu sembilan ratus delapan puluh dua, berada di dekat jalan lintas antar kota. Desa ini masyarakatnya heterogen, berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa, mereka sangat ramah dan baik. Sekolah ini memiliki luas lebih kurang satu hektar, bangunan sekolah berdiri di lahan setengah hektar bahagian sebelah depannya, sedangkan sisanya masih ditumbuhi pohon sawit yang produktif. Setidaknya sekolah bisa mendapatkan sumber penghasilan lebih kurang enam ratus sampai tujuh ratus ribu setiap bulannya. Kebun sawit ini dikelola oleh salah seorang pendidik di sekolah ini. Adapun hasilnya diperuntukkan bagi keberlangsungan kegiatan sekolah yang tidak dapat dibiayai oleh dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan.
Di sebelah belakang sekolah berdiri sebuah perusahaan yang bergerah dibidang pengolahan kelapa sawit. Bau limbah pabrik kelapa sawit, setiap sinar matahari tidak terpancar terik, membuat hijung perih dan menyengat, namun hal ini sudah merupakan sesuatu yang lumbrah bagi masyarakat tempatan dan warga sekolah. Warga sekolah dan masyarakat setempat leluasa beraktifitas sepanjang hari tanpa terganggu dengan semerbaknya bau olahan pabrik. Mulanya, Aku sedikit merasa perih di hidung dan butuh masker sebagai pelindungnya, namun seiring waktu, Aku pun terbiasa dengan kondisi seperti itu. Sebenarnya tidak hanya satu pabrik yang ada di wilayah sekolah berdiri, ada lima perusahaan besar di sekitar lingkungan sekolah.
Tepat di hari Senin tanggal tiga belas bulan Januari tahun dua ribu dua puluh lima, Aku mengawali langkah pengabdian di sekolah ini, sebagai penerus perjuangan dalam pengelolaan dan manajerial dari seorang perempuan yang telah mencapai usia genap enam puluh tahun. Tugas tersebut tidak bisa dikatakan ringan. Sekolah ini mempunyai jumlah peserta didik lebih kurang dua ratus lima puluhan. Hari demi hari berganti, senyum yang terlukis di wajah beberapa pendidik dan tenaga kependidikan seperti sebuah kepura-puraan semata. Kucoba mencari makna dibalik senyum simpul itu. Aku tarik tali pikiran surut ke belakang beberapa meter, merenung sejenak. Aku hela nafas sedalam mungkin, agar memori mau menelusuri dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengusik ruang hati. “Oh, iya…sebelum serah terima jabatan ada chatting masuk ke whatsApp pribadi”, gumamku dalam hati. Perempuan yang sudah dinyatakan memasuki masa purna bakti telah mengirimkan dua buah file dalam bentuh PDF di WhatsAppku.
Aku membuka laman WhatsApp dan mencari file tersebut, benar sekali. File PDH itu masing-masing berisi tentang surat pernyataan penolakan dari dua buah sekolah dasar negeri terhadap kepala sekolah yang telah mendapatkan mandat dari pejabat terkait. Kuukir senyum manis di wajahku, tergelitih hati saat membaca isi suratnya. Kedua-duannya surat itu dibubuhi cap serta tanda tangan asli seorang pejabat desa yang masih aktif, di sebelahnya ada tanda tangan ketua komite sekolah aktif, tercantum pula nama dan tanda tangan perempuan yang sudah tidak muda itu. serta daftar nama berikut tanda tangan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan masing-masing sekolah. Bibirku kembali melukiskan senyuman indah. Setelah selesai membaca kedua isi surat itu, Aku pun segera menutup WhatsApp. Kuulang kembali menarik nafas, agar hati yang terusik mereda dan tenang, diakhiri dengan mengucap, “Astaqfirulloh.”
Jika Aku ingin berkata jujur, sesungguhnya, tak secuil pun hatiku tercabik oleh isi surat mereka. Karena apa? Sebab Aku menyadari bahwa dunia ini bukan milik mereka-mereka yang tertera pada surat pernyataan tersebut. Dunia dan segala isinya adalah milik Alloh, SWT. Hanya Alloh lah yang mempunyai koneksi untuk menentukan, siapa yang layak dan siapa yang pantas. Manusia hanya seorang sutradara atas keinginan dan kemauan ego dirinya, yang tidak dapat dipastikan jalan cerita hidup yang mereka lukiskan di dalam skenario kehidupanya sesuai dengan kehendak mereka. File PDF, itulah naskah yang mereka karang, dan yakini bahwa kertas itu sakti dan dapat mengubah sebuah kebijakan. Namun, Alloh SWT membuktikan bahwa Dia nyata. Tidak ada sesuatu apapun yang bisa terjadi tanpa izin-Nya. Meski dengan cara apapun atau sekuat apapun dekingannya di bumi. Hanyalah sebutir debu dihadapan Yang Maha Kuasa.
Menjalani hidup hanya sekedar percaya akan adanya Tuhan, tanpa meyakini kebenaran dengan sungguh atas keberadaan-Nya, itu suatu pekerjaan yang sia-sia. Mengaku memiliki agama, maka cari tau ilmunya dan setelah memperolehnya, maka bawa dan terapkan di dalam menjalankan setiap langkah aktivitas diri di dalam hidup bernegara dan berbangsa, apatah lagi sebagai seorang yang pernah diberikan amanah sebagai pendidik. Ilmunya tentu lebih tinggi satu tingkat dari masyarakat biasanya. Guru itu digugu dan ditiru. Tinggalkanlah kenangan indah selama pengabdian, agar mendapatkan kiriman pahala nanti di akhir masa. Lepaskanlah sesuatu yang sudah bukan miliknya, ikhlaskan hati menerima kenyataan bahwa Alloh SWT telah memberikan waktu untuk lebih banyak mengingat-Nya. Perbanyak bersyukur, bahwa Sang Pencipta masih memberikan nikmat sehat untuk meneruskan cita-cita hidup di dalam berumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Pemerintah negara Republik Indonesia sebagai perpanjangan tangan Alloh SWT di bumi, tentu telah melakukan pengkajian dengan seksama, atas penetapan batas usia pensiun seorang abdi negara. Melalui berbagai penelitian, argumentasi, survei, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya. Sekiranya, secara pisik dan psikis masih mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk terus mengabdi pada negara dan bangsa, tidak ada aturan yang melarang seorang yang sudah purna bakti untuk tetap berkiprah di dunia pendidikan. Banyak hal positif yang bisa diperbuat, bisa bergabung kepada komunitas pendidikan non formal, atau bisa berjuang melalui goresan pena berisi gagasan yang bermanfaat untuk menunjang peningkatan kemajuan pendidikan di negara tercinta ini, melalui media elekronik. Jika memiliki kemauan, itu tentu bisa dilakukan dengan baik. Alloh SWT tidak tidur. Sekecil apapun yang dilakukan, Alloh SWT pasti mengetahuinya.
Dalam menjalani amanah yang dipercayakan kepada diri di dunia, jangan lupa juga diiringi dengan keyakinan, bahwa segala sesuatu di bumi ini ada pemiliknya, yakni Alloh SWT, yang tidak satu makhluk pun di bumi yang bisa menandingi besarnya kekuatan dan Kekuasaan-Nya. Dua tempat yang diperuntukkan bagi manusia setelah meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat, itu sesuatu yang pasti dan penghuninya akan hidup kekal abadi selama-lamanya di sana. Oleh karena itu, lupakan, angan-angan bahwa diri adalah yang paling berkuasa, terkuat dan ditakuti di wilayah yang di tempati sekarang. Mari beralih ke cara-cara yang menggunakan akal pikiran di dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan, jauhkan otot dari tolok ukur kekuatan diri. Yuk, benahi karakter diri!
Bismillah, Aku Mantapkan Hati
Kisah perjalanan karir seorang kepala sekolah