INGIN menulis setiap hari? Ingin menjadi penulis sejati? Menjadi penulis memang sebuah harapan. Setidak-tidaknya bagi penyuka literasi. Menulis dan membaca setiap hari. Tapi itu tidaklah mudah. Tidak akan mudah untuk meraih predikat penulis.
Dengan predikat atau status penulis yang baru-baru ini sudah dinobatkan sebagai satu profesi, maka menjadi penulis semakin menjadi idaman hati. Kini menjadi penulis tidak perlu lagi sekadar pekerjaan sambilan atau sampingan yang cukup dilaksanakan sekali-sekali. Menulis bisa menjadi sandaran hidup karena sudah menjadi satu profesi yang dari kanan atau kiri bisa mendapat penghapus keringat sendiri. Tegasnya bisa menajdi sumber rezeki.
Dalam menjalani aktivitas literasi apsti ada banyak tantangannya. Alih-alih memakai istilah lomba, maka aktivitas literasi sungguh banyak lomba atau tantangan yang ada dan dapat diikuti. Ada tantangan berupa lomba dari satu lembaga atau instansi tertentu yang memberi tawaran. Ada juga dari perusahaan dengan berbagai hadiah sebagai penggoda tantangan. Dan jika bergabung dengan satu komunitas, misalnya terkadang komunitas tersebut juga membuat lomba menulis dan menjadi tantangan dalam mengikutinya. Menang atau kalah, itu persoalan ikutannya.
Sesungguhnya tantangan terberat dalam lomba, itu adalah berlomba melawan diri sendiri. Satu ketika pasti ada masanya kita tidak ada keinginan untuk menulis. Seolah-olah tidak ada ide yang mau ditulis. Tidak ada sugesti yang memantik emosi untuk menulis. Sementara kewajiban menulis sudah kita jadikan patokan harian. Inilah lomba yang paling berat. Bagaimana tidak adanya keingin untuk menulis dilawan dengan tetap menulis. Inilah lomba dan tantangan yang sebenarnya.
Jika saja setiap kali ada perasaan tidak ingin menulis dapat dilawan dengan tetap menulis maka sebenarnya kita sudah memenangkan satu lomba atau satu tantangan yang kita ciptakan sendiri. Tantangan yang dibuat oleh orang atau kelompok lain akan dengan mudah memenangkannya jika tantangan melawan diri sendiri ini mampu dimenangkan. Sekali lagi syarat utamanya adalah melawan tantangan diri sendiri. Berlombalah dengan melawan diri sendiri. Insyaallah akan mampu pula memenangkan lomba lainnya. Saya percaya ini.
Di sinilah inti memelihara dan merawat literasi dalam diri. Lebih dari sekadar memenangkan lomba atau tantangan, kemampuan melawan diri sendiri adalah cara terbaik untuk memelihara dan merawat tradisi literasi dalam diri sendiri. Tidak ada strategi jitu dalam merawat literasi kecuali melawan diri sendiri untuk terus menulis dalam semua kondisi. Keadaan seperti apapun harus mempu dihadapi untuk tetap bisa menulis setiap hari atau setiap waktu yang sudah disepakati dengan diri sendiri.
Jadi, tidak ada istilah lemah atau penat menulis. Tidak ada juga istilah tidak ada keinginan untuk menulis. Pokoknya menulislah setiap saat yang sudah kita tentukan agar dapat memenangkan tantangan diri sendiri. ***