BOLEH SEPERTI KANAK-KANAK, TAPI JANGAN KEKANAK-KANAKAN

Terbaru6 Dilihat

Tentu banyak yang tidak asing menonton film kisah tentang persahabatan dan petualangan futuristik seorang anak laki-laki dan robot kucing dari masa depan. Doraemon tentunya.

Perjalanan futuristik Doraemon,  berkisah tentang hal-hal yang berhubungan dengan masa depan. Banyak melibatkan teknologi canggih atau penemuan ilmiah yang belum ada sekarang.

Anak-anak sangat menyenangi menonton film ini. Tetapi bagaimana jika orang dewasa yang justru menikmatinya?

Nampaknya di era moderen kini yang penuh dengan tekanan kehidupan, muncul fenomena nuansa kanak-kanak. Disebut “kidulting“. Ini gabungan dari kata kid (anak-anak) dan adulting (menjalani kehidupan orang dewasa).

Jika orang dewasa menikmati aktivitas, barang, atau hobi yang biasanya dikaitkan dengan anak-anak disebut “Kidulting“. Ini mulai menjadi tren. Apa pasalnya?

Kidulting semakin populer karena antara lain ini bentuk Nostalgia , mengingatkan pada masa kecil yang bebas stres.

Bisa juga suatu pelarian dari tekanan hidup dewasa ini. Kemudian mencari kebahagiaan sederhana. Tetapi di dunia usaha merupakan upaya pemasaran (Marketing) yang menyasar generasi dewasa muda (milenial, Gen Z).

Kidulting memang terlihat kekanak-kanakan. Tetapi banyak orang melihatnya sebagai cara yang sehat untuk menjaga keseimbangan emosional, kreativitas, dan kebahagiaan.

Ada yang mengoleksi mainan seperti LEGO, action figure, atau boneka.Menonton kartun atau film animasi (misalnya Disney, Anime, SpongeBob). Ada juga yang memakai pakaian atau asesori dengan karakter kartun. Bermain video game yang ringan atau bergaya retro jadi kesukaan dan sebagainya.

Kidulting juga bisa jadi hobi yang positif asal tetap bertanggung jawab dengan kewajiban sebagai orang dewasa. Jika tidak muncul sisi negatifnya. Disamping bisa membawa manfaat psikologis dan menjadi bentuk self-care, ada risiko yang perlu diperhatikan jika dilakukan secara berlebihan atau tanpa keseimbangan.

Jika dijadikan cara untuk menghindari tanggung jawab orang dewasa, semisal dari pekerjaan, keuangan, atau hubungan sosial, maka itu bisa menjadi bentuk pelarian dari tanggungjawab (escapism) yang tidak sehat. Misalnya: terus-menerus bermain game atau mengoleksi mainan tanpa memperhatikan tagihan yang menumpuk.

Hobi yang berlebihan berhubungan dengan koleksi mainan, barang nostalgia, atau pengalaman hiburan kadang bisa sangat mahal. Ini jadi masalah finansial. Jutaan rupiah dihabiskan untuk koleksi, konsol game, atau merchandise kartun, tanpa perencanaan keuangan yang baik.

Hati-hati itu semua bisa jadi tanda ketidakmatangan sosial.
Terlalu larut dalam dunia “anak-anak”, seseorang bisa kesulitan mengembangkan kedewasaan emosional—apakah dalam cara menyelesaikan konflik, mengambil keputusan besar, atau membina hubungan serius.

Terlalu kekanak-kanakan
di beberapa budaya atau lingkungan, orang yang terlalu menunjukkan sisi kekanak-kanakan dianggap tidak dewasa, tidak serius, atau tidak bisa diandalkan. Itu jadi Stigma Sosial. Bisa berdampak pada persepsi orang lain di tempat kerja atau dalam hubungan antar manusia.

Ada pendapat Kidulting bisa menjadi mekanisme “coping” yaitu penanganan stress.Tapi kalau itu satu-satunya cara yang dipakai untuk menghindari stres, maka bisa menciptakan ketergantungan emosional yang juga tidak sehat.

Jadi intinya  memang Kidulting tidak salah, selama dilakukan dengan sadar dan tidak berlebihan. Juga tidak untuk menggantikan kewajiban dan tanggung jawab, tidak menyebabkan masalah keuangan atau sosial.

Kesetimbangan dalam hidup membuat kidulting bisa jadi bagian yang menyenangkan dari hidup dewasa. Kata bijak berujar Anak-anak selalu bahagia, jadi jadilah keren dan bertingkah sesekali seperti anak kecil lagi.

Hiduplah seperti anak kecil. Berpikirlah seperti orang dewasa. Karena semua yang kreatif dipikirkan dengan pikiran seperti anak kecil. Ada garis pemisah tipis antara berjiwa muda dan bertingkah seperti anak kecil.

Ya, memang menjadi dewasa bisa menyenangkan ketika kita bertingkah seperti anak kecil. Itu bisa jadi rahasia awet muda. Menjadi sederhana dan bahagia seperti kanak-kanak dan bukan kekanak-kanakan.
(Abraham Raubun. B.Sc, S.Ikom).

Tinggalkan Balasan