Ernest Hemingway berujar “Saat orang berbicara, dengarkan sepenuhnya. Kebanyakan orang tidak pernah mendengarkan.” –
Novelis, penulis cerpen dan jurnalis Amerika ini dikenal dengan gaya menulisnya yang ekonomis dan bersahaja namun memengaruhi penulis-penulis di akhir abad ke-20. Mendapat anugerah novel sastra tahun 1954.
Kata-katanya itu muncul dari pandangan mendalamnya tentang komunikasi dan hubungan antar manusia.
Kemampuan mendengarkan dan mengamati secara seksama sangat penting. Ini untuk menangkap cerita yang sesungguhnya. Sering kali orang berbicara tapi tidak benar-benar didengarkan.
Lalu apa akibatnya? informasi penting di balik kata-kata yang tampaknya biasa saja tidak terpahami.
Mendengar artinya menangkap suara dengan telinga sebagai indra pendengar. Sedangkan mendengarkan ada unsur memperhatikan, menyimak di dalamnya.
Mendengarkan bukan sekadar soal kata-kata, melainkan tentang memahami emosi dan perasaan orang lain.
Tidak semua orang mampu atau mau melakukannya. Memang tidak banyak yang benar-benar hadir untuk mendengarkan.
Ada “Iceberg Theory” atau teori gunung es yang berlaku dalam interaksi yang menjalin komunikasi. Baik dalam bahasa lisan lewat kata-kata maupun kata-kata yang dituliskan atau bahasa tulisan. Hanya sebagian kecil dari makna rangkaian kata-kata yang terlihat atau terdengar di permukaan, sedangkan sisanya tersembunyi di bawah permukaan.
Dalam bahasa lisan, kata-kata itu hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan pesan. Jika tidak mendengarkan dengan sungguh-sungguh pesan tidak terpahami. Karena memang komunikasi bermakna kesamaan makna Dan jesepahaman. Inti dari komunikasi itu persepsi dan inti dari persepsi adalah iterpertasi. Ketika interpertasi terhadap isi pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, maka persepsipun berkembang kearah berbeda. Maka komunikasi dengan simbol bahasa lisan maupun tulisan tidak akan pernah sama. Inilah pangkal terjadinya sumbatan komunikasi yang bisa membawa petaka.
Untuk memahami sepenuhnya pesan yang disampaikan, seseorang harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan ini menurut Hamingway jarang dilakukan.
Di era pendidikan sekolah rakyat (SR) dahulu, ada pelajaran menyimak. Guru membacakan cerita, murid melipat tangan, duduk tenang mendengarkan. Diakhir cerita, guru meminta murid menceritakan kembali apa yang didengar selama guru membacakan cerita.
Jika mereka hanya mendengar suara guru, tidak mendengarkannya atau menyimak, maka sudah tentu tidak akan banyak yang diceritakan kembali ketika disuruh guru mengulang apa yang didengarkan.
Kurangnya kemampuan mendengarkan adalah penyebab utama keterasingan, kesepian, kehilangan koneksi emotional. Hal ini banyak diungkapkan oleh Hamingway dalam berbagai tulisannya yang didasarkan pada pengamatan mendalam terhadap manusia dan kesepian.
Banyak orang lebih sibuk memikirkan apa yang akan mereka katakan selanjutnya daripada benar-benar menyimak lawan bicaranya. Kebiasaan menyelak atau terlalu cepat merespon di tengah pembicaraan sehingga kalimat terpotong bahkan tidak terselesaikan dengan lengkap.
Karena itu dalam percakapan amat bijaklah untuk berhenti sejenak dan benar-benar hadir saat orang lain berbicara. Karena mendengarkan bukan sekadar tindakan pasif, tapi bentuk penghargaan dan empati paling mendasar dalam hubungan manusia.
Seputar mendengarkan dapat mendorong kita menjadi pendengar yang baik saat orang lain sedang berbicara kepada kita. Ini suatu keterampilan yang harus dimiliki banyak orang. Karena itu seorang pembicara yang baik pada dasarnya adalah pendengar yang baik. Hal tersebut memiliki banyak manfaat terutama menghindari sumbatan komunikasi.
Saat kita menjadi pendengar yang mendengarkan kita membantu orang lain. Juga mengembangkan hubungan yang kuat dan memenuhi kebutuhan sendiri dan orang yang kita dengarkan. Inilah manfaat mendengarkan.Pesan yang dikemukakan Stephen Covey penulis “Seven Habits of highly Effective People” berbunyi: “Listen with your eyes- Dengarkan dengan matamu untuk perasaan.” –
(Abraham Raubun. B.Sc,S.Ikom)